“Aku tahu, sudah beberapa minggu ini dia ingin nonton dan aku ingin memberinya kejutan, jadi dari jam 5 sore tadi aku udah nunggu dia di depan cafe di mana dia sedang bertemu kliennya. Eh, ternyata kok dia kelihatan ngga suka gitu sih apa dia malu punya suami seperti aku?”
Begitu seorang teman mengeluarkan kekesalannya lewat telepon malam itu.
“Aku sudah cape..”
Terdengar suara putus asa dan ingin menyerah
“Aku harus bagaimana lagi, sudah tidak tahu lagi….
Aku hanya ingin dia bahagia. Walaupun aku harus sakit”
Sudah jelas, teman ini merasa buntu
Setelah jeda beberapa saat….saya menanyakan satu hal,
“Apa benar kamu ingin istri kamu bahagia?” YA!
“Yakin?” YA!
“Dan kamu mau melakukan yang bisa kamu lakukan agar dia bahagia, termasuk melepasnya?” YA!
“Kalau begitu, beri kebebasan pada istri kamu untuk menolak kejutan dan tidak menerima ajakan kamu “
“Tapi….aku hanya ingin nonton bersama, makan malam dan menggandeng tangannya. Aku merindukan masa masa itu ..”
Nah!! Itu dia jawabannya.
Betapa halusnya pikiran mengelabui perasaan yang sebenarnya.
Di awal, semua percakapan tentang seorang suami yang begitu baik mau memberikan kejutan demi membahagiakan istrinya. Selanjutnya sudah dapat diketahui, bahwa apapun alasannya sebenarnya kejutan itu untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, dan saat tidak terpenuhi yang ada adalah kekecewaan dan kemarahan.
Kalau dicermati lagi, sebenarnya kekecewaan dan kemarahan tersebut lebih tepat kecewa dan marah pada diri sendiri kenapa usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil seperti yang di bayangkan. Kecewa karena tidak dapat mengontrol keadaan tepatnya membuat istri bereaksi seperti yang dibayangkan.
Pernahkah Anda mengalami hal tersebut?
Merasa kecewa atas reaksi orang lain? disini saya batasi dulu dengan pasangan ya..
Kecewa kenapa dia tidak merasa senang atas kejutan yang sudah diusahakan susah payah?
Kecewa kenapa dia tidak mengucapkan terima kasih dan tersenyum atas kebaikan yang telah saya lakukan?
Kecewa kenapa dia menolak ajakan makan malam bersama atasan saya?
Kecewa kenapa dia lebih mementingkan temannya dari pada saya?
Kecewa kenapa dia lebih mendengarkan orang lain dari pada pasangannya sendiri?
Kecewa karena ‘dingin’ dan cuek atas kehangatan yang saya berikan?
Kecewa karena harusnya dia mengerti kalau saya sedang capek, kok tega teganya malah disodorin muka yang cemberut
Kecewa karena…harusnya ngerti dooong, kalau saya marah ya kamu jangan ikutan marah
Dan kecewa kecewa yang lain yang dilemparkan dan ditujukan kepada pasangan
Coba kita perhatikan tangan kanan kita, dalam satu tangan, jari kita ada lima dan saat kita menunjuk orang lain dengan jari telunjuk, maka hanya satu jari yang mengarah pada orang lain, satu jari menghadap ke bawah dan tiga jari mengarah pada diri sendiri.
Jadi sebenarnya saat kita marah, kecewa ataupun sedih karena merasa mendapat perlakukan tidak seperti yang diharapkan, hanya satu bagian yang menjadi tanggung jawab orang lain, ada satu bagian yang tidak bisa kita kontrol dan tiga bagian menjadi tanggung jawab diri sendiri.
Kalau kita mau merubah keadaan, rubahlah dulu yang berada di dalam diri kita.
Saat kekecewaan muncul karena merasa apa yang diusahakan tidak berhasil, coba cek kedalam dulu, kenapa kekecewaan ini muncul begitu dipicu oleh sebuah penolakan?
Akan ada banyak jawaban yang intinya sama,
karena saya butuh diperhatikan,
karena saya butuh dicintai dan saya butuh diisi oleh orang lain,
karena saya butuh diterima,
ataupun
karena saya butuh dihargai.
Yang jawabannya adalah meminta dan menuntut dipenuhinya kebutuhan diri kita.
Mencintai adalah perasaan yang egois, karena saat mencintai, kita ingin orang yang kita cintai bahagia. Saat orang yang kita cintai bahagia maka kita akan bahagia juga.
Jadi, mencintai adalah untuk membahagiakan diri sendiri bukan untuk orang lain.
Kalau mencintai untuk diri sendiri, kenapa meletakkan sumber cinta pada orang lain?
Jadilah SUMBER CINTA untuk diri sendiri.
Selamat menikmati menjadi sumber cinta untuk diri sendiri dan biarkan orang di sekitar Anda ikut merasakannya..
Ely Susanti
by. Ely Susanti
Life Coach