Rasanya menyenangkan bisa datang ke Surabaya, kali ini atas undangan untuk berbagi pengetahuan dan sharing pada guru.
Mengetahui hal itu sepupu saya dengan baik hati menawarkan untuk tinggal di rumahnya.
‘Sekali-kali tinggallah di rumah sederhana kami’ begitu undangannya ditambah sedikit paksaan yang manis. Yang sebenarnya sudah berkali-kali dia tawarkan.
Pada akhirnya saya memilih untuk mengunjunginya dan bermalam ditempatnya satu hari sebelum acara.
Kata sederhana yang diucapkannya, benar-benar mewakili kesederhanaan rumahnya. Di komplek perumahan dengan luas sekitar 120 meter persegi, pagar yang simple, ruang tamu yang sederhana, dan 2 kamar tidur.
Sederhana namun tertata rapi dan bersih.
Memasuki rumah tersebut, saya disambut oleh keramahan dan celoteh anaknya yang berusia 7 tahun bahwa dia belum mau tidur karena menunggu ‘tamunya’ yang akan menempati kamar tidurnya malam ini.
Kamar anak-anak yang sederhana, kasur, lemari dan meja belajar tertata rapi dengan bertema warna biru.
Malam itu saya tidur nyenyak, di ranjang kecil yang nyaman dengan ketulusan.
Pagi hari, saya terbangun oleh bunyi weker yang kemudian disusul ketukan pintu yang ternyata keponakan saya dengan senyum manisnya dia memasuki kamarnya seakan bangga dapat meminjamkan kamarnya.
Kami bercengkrama sebentar sebelum mandi.
Setelah mandi sudah ada 4 piring roti bakar lengkap dengan coklat di atasnya.
Sudah disiapkan oleh kakak saya, sebelum dia bersiap berangkat kerja.
“Beginilah setiap pagi, sarapan sedernana untuk kami, karena kami harus bekerja” katanya sambil tersenyum menjelaskan kesibukannya di pagi hari. Mereka tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga, keluarga kecil yang sederhana mengerjakan semuanya bersama-sama.
Saya berangkat ke tempat acara diantar mereka, sembari mereka berangkat kerja dan mengantar anaknya ke sekolah.
Bagi saya, ini adalah pengalaman yang sangat menarik dan menyentuh.
Kesederhanaan dengan kemewahan layanan hotel bintang lima.
Penjemputan, penyambutan, handuk dan kebutuhan lain yang tersedia, sarapan dan pengantaran.
Yang lebih berharga dan menginspirasi, saya mengalami kesedehanaan yang dibalut dengan cinta, kerapian, dan bersih juga ditata sedemikian rupa agar memudahkan semuanya. Keramahan penghuninya tampak di setiap sudut rumah.
Yang ingin saya simpan sebagai sebuah kenangan indah, layanan hotel bintang lima yang saya alami ini tidak terjadi di sebuah hotel yang mewah dengan fasilitas mahal. Namun di rumah sederhana yang dibalut dengan ketulusan, cinta dan sukacita melebihi kemewahan hotel berbintang.
Inilah makna kemewahan yang sebenarnya.
Ely Susanti
by. Ely Susanti
Life Coach