Kalau ditanya kenapa mau menjadi seorang life coach? Selain yang pernah saya tulis sebelumnya. (baca: Apa sih enaknya jadi Life Coach?)
Salah satu jawabannya adalah kebahagiaan saat menerima hal seperti ini dari seorang ibu bernama Ana :
“Saya tidak mengatakan bahwa hidup saya adalah yang terburuk dibandingkan wanita lain. Saya yakin di luar sana, masih banyak yang mungkin lebih parah keadaannya dari saya.
Saya yakin juga, pasti ada banyak perempuan lain yang seperti saya. Yang tiba-tiba hidupnya harus berubah, karena suami yang tiba-tiba sakit dan. Dari seorang ibu rumah tangga yang tak berpenghasilan dan sangat menaruh harapan kepada sosok kepala rumah tangga ideal, dengan 3 anak yang masih kecil. Seketika harus menjadi tulang punggung keluarga sebagai pencari nafkah dan mendampingi anak dan suami yang sakit.
Bagi saya, menjalani hal ini bukan hal yang mudah. Berbagai upaya sudah saya lakukan. Agar dapat mengubah saya menjadi sosok yang lebih baik dan berdaya dibandingkan dengan saya sebelumnya.
Dalam perjalanan proses kehidupan ini banyak kejadian yang membuat saya kembali merasa berputar-putar. Bingung atau berhenti di tempat dan merasa tak tahu pada siapa bisa berbagi cerita dan menemukan solusi.
Bertemu dengan seorang Coach seperti Ibu Ely Susanti merupakan suatu berkah dan pertolongan dari Tuhan, jawaban atas doa dan air mata saya. Kini saya bisa lebih menerima dan memahami diri sendiri dan menjalani kehidupan saya dengan damai dan lebih berdaya.”
Sebagai coach dari Ibu Ana, saya hanya bisa mengungkapkan rasa syukur dengan ucapan tulus “Terima kasih” 🙏
Salam bahagia,
Ely Susanti
Life Coach
by. Ely Susanti
Life Coach