Ely Susanti

Life Coach | Trainer | Events | Author

Life coaching itu kan temen curhat kan?” begitu seorang teman bertanya.

Saya hampir saja menjawab “bukan!”

Sambil menjauhkan cangkir kopi dari bibir saya, terlintas di pikiran  saya, eh benar juga ya… saya adalah teman curhat dari para klien.

Dan saya membenarkannya, “Yes! bener banget. Life Coach adalah teman curhat yang dapat membuat orang itu memberdayakan potensinya lebih baik dan membantu seseorang mendapatkan apa yang menjadi tujuannya. Bahkan menemukan tujuan bagi yang belum tahu tujuannya.”

Seperti yang baru terjadi kemarin, saat seorang sahabat saya dari kota lain berkunjung ke Jakarta untuk urusan bisnisnya dan menyempatkan bertemu sambil makan malam.

Dari obrolan kami kalau didengar-dengarkan memang seperti orang yang sedang curhat. Sahabat saya ini bercerita tentang partner bisnisnya yang mulai membuatnya gerah dan tidak nyaman. Saat ini mereka menggunakan jasa seorang Business Coach untuk membantu mereka, dan mereka merasakan manfaat yang luar biasa, bisnis mereka berkembang dengan pesat. Tidak lama muncullah masalah, dimana sahabat saya merasa partnernya mulai bertingkah, keadaan menjadi tak terkendali dan buntu. Sahabat saya menghendaki partnernya melakukan perbaikan diri dulu, dengan kata lain membereskan apa yang dia rasa menjadi mental blok si partner tersebut. Bahkan terpikirkan, business coaching harus di-stop dulu sebelum sang partner melakukan perbaikan diri. Sahabat saya merasa buntu dan berpikir satu-satunya jalan keluar untuk tetap dapat bekerjasama adalah menunggu perubahan dari partnernya.

Saya cenderung mendengarkan lalu bertanya dengan singkat, dan mendengarkan lagi. Pada akhirnya saya bertanya, apa yang membuat dia merasa harus memaksa partnernya berubah?

Dia menjelaskan panjang lagi. Dia menjelaskan bahwa kalau partnernya tidak berubah maka apa yang direncanakan, tidak akan terlaksana seperti konsep awal yang sudah dibentuk.

Saya bertanya lagi, “goal bisnisnya apa?” penjelasan panjang membuat saya mendengarkan kembali.

Saya bertanya lagi, apakah ada cara, supaya goal tercapai tanpa merubah partnernya ini?

Dia menjawab, “ada… tapi harus merubah konsepnya.”

Saya bertanya lagi, lebih penting goal atau konsep awal yang sedang dipertahankan?

Dia pun menjawab “penting goal.”

Tiba-tiba sahabat saya merasa menemukan jawabannya dan sadar bahwa selama ini terlalu mempertahankan konsep awal yang sudah ditentukan, dan berpikir bahwa itu satu-satunya hal yang harus dijalankan.

Selanjutnya diskusi kami adalah beberapa pilihan konsep yang cocok agar goal tetap tercapai,bisnis tetap berjalan terlepas apakah si partner melakukan perubahan diri ataukah tidak. Karena ada konsep lain, dalam bahasa kerennya bisnis model lain yang bisa dijalankan agar goal tetap tercapai.

Saya merenungkan apa yang menjadi percakapan saya dan sahabat ini, yang terlihat seperti curhat tetapi curhat pada orang yang tepat membuat kita dapat memberdayakan diri jauh lebih baik bahkan menemukan solusi yang terbaik.

Dan inilah perenungan saya….

Kita selalu punya pilihan, hanya saja belum tentu kita menyadari apa saja pilihan yang kita punya.

Kadang kita merasa sudah melihat semua pilihan yang ada, ternyata masih ada beberapa pilihan yang tidak terjangkau oleh kita, karena kita terlalu fokus hanya pada beberapa hal, yang diakibatkan kacamata kuda yang terlalu lama kita gunakan.

Fokuslah pada goal Anda, dan fleksibellah pada cara mencapainya.

 

Have a great day!
Ely Susanti

 

 

by. Ely Susanti

Life Coach