“Waduh! gawat bu, yang nilainya paling rendah adalah orangtua saya, dan saya masih tinggal serumah. Bagaimana dong bu?”
Saya meminta pada peserta ATLANTIS Camp, untuk menyebutkan siapa saja yang berpengaruh pada mereka, dan memberikan nilai pada orang-orang tersebut. Dan hal seperti ini sudah biasa dipertanyakan.
Jawabannya tidak apa-apa dan itu wajar. Hal yang baik adalah sekarang Anda tahu bagaimana pengaruh interaksi Anda dengan orangtua terhadap diri Anda.
Mengetahui dengan jelas dan memetakan siapa saja yang memberikan pengaruh pada diri kita, baik positif maupun negatif, bukan untuk memperlakukan mereka sebagai musuh atau bukan yang harus sepenuhnya dihindari.
Saya kembali bertanya, apakah semua orang merasakan hal yang sama seperti Anda rasakan saat ini? apakah ada orang-orang yang merasa terinspirasi atau suka bertukar pikiran atau mencari solusi pada orangtua Anda?
“Ada sih bu, kalau teman-teman saya suka ngobrol sama beliau, bahkan bilang kalau beliau enak diajak bertukar pikiran. Tetapi lain hal dengan saya. saya seperti merasa terintimidasi dan biasanya ujung-ujungnya kami bertengkar”
Artinya, jika dalam situasi ini menggunakan kata positif dan negatif, apakah berarti orangtua Anda negatif dan Anda positif?
“Eeem…ngga juga ya bu, karena kalau untuk orang lain beliau bisa jadi positif”
Ya! benar sekali. Yang paling penting saat ini adalah, apakah kondisinya mau tetap seperti ini atau mau Anda ubah? Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tidak semua kondisi harus diubah, kita punya kebebasan memilih. Dan setiap pilihan benar selama Anda dapat menerima semua konsekuensi dari pilihan tersebut.
“Kalau untuk orangtua, saya ingin mengubahnya bu. Ini ada satu lagi yang nilainya sama, karyawan saya, untuk yang karyawan ini, saya memilih biarkan saja, karena dalam waktu dekat dia juga akan pergi.Tapi saya tidak bisa mengubah orangtua saya bu, aduuuuh…berat bu, keras kepala minta ampun.”
Bagus, kalau sudah menyadari tidak bisa mengubahnya. Dan memang tidak perlu mengubah siapapun.
“Nah, terus gimana dong bu?”
Yang mau diubah adalah ‘nilai hubungannya’ bukan orangnya. Agar lebih mudah untuk mengatur diri kapan dan dimana bisa tetap menjaga nilai hubungan menjadi lebih baik, bahkan dengan siapapun.
Saya jadi teringat sebuah perumpamaan yang sangat saya suka.
Seandainya ada sebuah pohon beracun di dalam lingkaran kehidupan/lingkungan kita, saat kita sedang tidak sehat janganlah dekat-dekat dengan pohon tersebut. Menjauhlah dan jagalah jarak. Kalau nanti kita sudah cukup kuat, pohon beracun tersebut tidak lagi menjadi gangguan, apakah kita mendekat dan berada disekitarnya bukan lagi sebuah masalah. Dan semoga suatu saat kita dapat mencapai sebuah kemampuan dimana kita mampu merangkul pohon beracun tersebut dan menjadi penawar racunnya. Sehingga pohon itu menjadi obat bagi banyak orang.
Jadi, yang paling penting kita ketahui adalah kondisi kita saat ini. Apakah kita perlu menjaga jarak atau masih ok untuk berdekatan atau bahkan kita dapat merangkulnya.
Nah, pada kasus Anda dan orangtua, ketahuilah setiap kondisi saat Anda mau berdekatan. Ketahuilah apakah Anda mampu bertahan dan memberikan nilai hubungan yang lebih baik?
Atau sebaiknya, menjaga jarak agar nilai hubungan tetap baik dan terjaga?
Atau bahkan Anda dapat merangkul semua kondisi dengan tetap menjadikan nilai hubungan semakin baik.
Ely Susanti
Life Coach
by. Ely Susanti
Life Coach